Rabu, 15 Desember 2010

kebudayaan lokal indonesia

Kebudayaan Lokal
Budaya Indonesia adalah seluruh kebudayaan nasional, kebudayaan lokal, maupun kebudayaan asal asing yang telah ada di Indonesia sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945.

Kebudayaan nasional
Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional.kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak-puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak-puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional”
Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.
Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan angsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan menglami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991: Kebudayaan Nasional Kini dan di Masa Depan,


Wujud kebudayaan daerah di Indonesia
Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap saerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda.

Rumah adat
Rumah gadang, rumah adat sumatera barat
                Aceh: Rumoh Aceh
                Sumatera Barat : Rumah Gadang
                Sumatera Selatan : Rumah Limas
                Jawa : Joglo
                Papua : Honai
                Sulawesi Selatan : Tongkonang (Tana Toraja), Bola Soba (Bugis Bone), Balla Lompoa (Makassar Gowa)
                Sulawesi Tenggara: Istana buton
                Sulawesi Utara: Rumah Panggung
                Kalimantan Barat: Rumah Betang
                Nusa Tenggara Timur: Lopo
                Maluku : Balieo
 

 
 
Tarian
Tarian Pakarena di pulau Selayar di masa Hindia Belanda
v    Aceh: Saman, Seudati
v    Betawi: Yapong
                Timor NTT: Likurai, Bidu, Tebe, Bonet, Pado'a, Rokatenda, Caci
                Batak Toba & Suku Simalungun: Tortor
                Sulawesi Tengah: Dero
                Riau : Persembahan, Zapin, Rentak Bulian, Serampang Dua Belas
                Lampung : Bedana, Sembah, Tayuhan, Sigegh, Labu Kayu
                Irian Jaya: ( Musyoh, Selamat Datang )
                Nias : famaena






Lagu
v    Aceh : Bungong Jeumpa
v    Jambi: Batanghari


Musik
                Jakarta: Keroncong Tugu.
                Maluku :
                Melayu : Hadrah, Makyong, Ronggeng
                Minangkabau :
                Aceh :
                Makassar : Gandrang Bulo, Sinrilik
                Pesisir Sibolga/Tapteng : Sikambang


Alat musik
Gamelan
v    Jawa: [[Gamelan][kendang jawa]].
v    Gendang Bali
v    Sasando
v    Talempong
v    Tifa
v    Saluang
v    Rebana
v    Bende
v    Kenong
v    Keroncong
v    Serunai
v    Jidor
v    Suling Sunda
v    Dermenan
v    Saron
v    Kecapi
v    Bonang
v    Kendang Jawa
v    Angklung
v    Calung
v    Kulintang
v    Gong Kemada
v    Gong Lambus
v    Rebab
v    Tanggetong
v    Kecapi, kesok-Kesok Bugis-makassar, dan sebagainya




Gambar
                Jawa: Wayang.
                Tortor: Batak

Patung
v    Jawa: Patung Buto, patung Budha.
v    Bali: Garuda.
v    Irian Jaya: Asmat.

Pakaian
                Jawa: Batik.
                Sumatra Utara: Ulos, Suri-suri, Gotong.
                Sumatra Utara, Sibolga: Anak Daro & Marapule.
                Sumatra Barat/ Melayu:
                sumatra selatanSongket
                Lampung : Tapis
                Sasiringan
                Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur
                Bugis - MakassarBaju Bodo dan Jas Tutup, Baju La'bu

Suara
v    Jawa: Sinden.
v    Sumatra: Tukang cerita.
v    Talibun : (Sibolga, Sumatera Utara)

Sastra/tulisan
                Jawa: Babad Tanah Jawa, karya-karya Ronggowarsito.
                Bali: karya tulis di atas Lontar.
                Sumatra bagian timur (Melayu): Hang Tuah
Sulawesi Selatan Naskah Tua


selengkapnya klik disini ya

Selasa, 14 Desember 2010

kebudayaan barat/timur


Budaya Barat
Budaya Barat (kadang-kadang disamakan dengan peradaban Barat atau peradaban Eropa), mengacu pada budaya yang berasal Eropa.
Istilah "budaya Barat" digunakan sangat luas untuk merujuk pada warisan norma-norma sosial, nilai-nilai etika, adat istiadat, keyakinan agama, sistem politik, artefak budaya khusus, serta teknologi. Secara spesifik, istilah budaya Barat dapat ditujukan terhadap:
   Pengaruh budaya Klasik dan Renaisans Yunani-Romawi dalam hal seni, filsafat, sastra, dan tema hukum dan tradisi, dampak sosial budaya dari periode migrasi dan warisan budaya Keltik, Jermanik, Romanik, Slavik, dan kelompok etnis lainnya, serta dalam hal tradisi rasionalisme dalam berbagai bidang kehidupan yang dikembangkan oleh filosofi Helenistik, skolastisisme, humanisme, revolusi ilmiah dan pencerahan, dan termasuk pula pemikiran politik, argumen rasional umum yang mendukung kebebasan berpikir, hak asasi manusia, kesetaraan dan nilai-nilai demokrasi yang menentang irasionalitas dan teokrasi.
   Pengaruh budaya Alkitab-Kristiani dalam hal pemikiran rohani, adat dan dalam tradisi etika atau moral, selama masa Pasca Klasik.
   Pengaruh budaya Eropa Barat dalam hal seni, musik, cerita rakyat, etika dan tradisi lisan, dengan tema-tema yang dikembangkan lebih lanjut selama masa Romantisisme.
Konsep budaya Barat umumnya terkait dengan definisi klasik dari Dunia Barat. Dalam definisi ini, kebudayaan Barat adalah himpunan sastra, sains, politik, serta prinsip-prinsip artistik dan filosofi yang membedakannya dari peradaban lain. Sebagian besar rangkaian tradisi dan pengetahuan tersebut umumnya telah dikumpulkan dalam kanon Barat.[1] Istilah ini juga telah dihubungkan dengan negara-negara yang sejarahnya amat dipengaruhi oleh imigrasi atau kolonisasi orang-orang Eropa, misalnya seperti negara-negara di benua Amerika dan Australasia, dan tidak terbatas hanya oleh imigran dari Eropa Barat. Eropa Tengah juga dianggap sebagai penyumbang unsur-unsur asli dari kebudayaan Barat.[2][3]
Beberapa kecenderungan yang dianggap mendefinisikan masyarakat Barat moderen, antara lain dengan adanya pluralisme politik, berbagai subkultur atau budaya tandingan penting (seperti gerakan-gerakan Zaman Baru), serta peningkatan sinkretisme budaya sebagai akibat dari globalisasi dan migrasi manusia.
Kebudayaan Timur dan Kebudayaan Barat

Kebudayaan timur memahami kesadaran dengan pembinaan diri melalui berbagai macam latihan baik secara fisik maupun mental. Latihan fisik dapat berupa vegetarian, yoga, dsb. Latihan mental dapat dilakukan dengan pembacaan mantra, sutra, mudra, meditasi, dsb.

Melalui berbagai latihan, para master spiritual yang memiliki dasar kebudayaan timur akan terus berlatih. Dimana pada umumnya, semakin tinggi tingkat pencapaiannya, dirinya semakin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan masyarakat. Sehingga semakin tinggi tingkat pencapaiannya, semakin sedikit murid yang dapat mengerti dan mengikuti jalannya.

Berbeda dengan kebudayaan timur, dimana mereka yang dibesarkan dengan kebudayaan barat akan membina kesadarannya dengan pemahaman secara ilmu pengetahuan dan filsafat. Dengan melakukan berbagai diskusi dan debat, mereka berusaha mengungkapkan makna dan arti yang sebenarnya dari kesadaran. Melalui proses belajar dan mengajar yang berawal dari diskusi dan perdebatan, maka para master dari kebudayaan barat dituntut juga untuk menjadi seorang yang ahli ceramah dan berdiskusi. Sehingga para murid akan melihat tingkat pencapaian gurunya dari kehebatan sang guru berceramah dan berdiskusi.
Dan pada umumnya, semakin tinggi tingkat pencapaian para master spiritual yang memiliki dasar kebudayaan barat, dirinya akan semakin banyak menarik murid untuk mengikuti jalannya.

Kedua cara yang berbeda, tetapi mereka mempunyai tujuan yang sama. Dimana masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang menjalankan.

Sungguh sangat disayangkan, dewasa ini banyak para master timur yang merasa lebih bangga bila memiliki lebih banyak murid yang berasal dari kebudayaan barat. Dan banyak murid dari kebudayaan barat yang merasa bangga bilamana dapat menjadi murid dari master kebudayaan timur.

Dimana murid dari kebudayaan barat cenderung hanya membanggakan pencapaian gurunya yang dihasilkan dari pembinaan yang keras, tetapi dirinya tidak pernah berniat untuk mengikut jalan yang dilalui oleh gurunya. Akhirnya mereka hanya membanggakan dan membicarakan pencapaian gurunya, tanpa berniat untuk mengikuti jalan kehidupan spiritual seperti yang telah dilalui gurunya.

Adalah sangat baik bilamana seorang guru dari kebudayaan timur dapat menerima murid dari kebudayaan barat tanpa harus kehilangan jati diri yang sebenarnya. Adalah sangat baik bilamana seorang murid dari kebudayaan barat dapat mempunyai guru dari kebudayaan timur, dan dapat mengikuti dan memahami jalan pencapaian dari sang guru.